Siapa yang tidak kenal dengan Tere leye. Penulis ternama
yang semua karyanya megabest seller. Bahkan angin burung yang kudengar bahwa
untuk satu novel bisa meraup untung ratusan juta bahkan mencapai satu milyar. Itu tentu penghasilan diluar seminar, kontrak film dan lain-lain.
Kemarin
saat mendengar kabar bahwa beliau memutuskan untuk tidak mencetak buku lagi.
Tertarik untuk mencari info dan kebenarannya. Benar adanya. Isu ini sudah lama
terhembus. Dan aku baru tahu kemarin. Pas lagi heboh-heboh dan hangat-hangatnya.
(Maklum aku salah satu penggemar novel tere leye. Sudah menjadi pengikut
fansfage sejak fansfage tere leye masih ribuan jumlahnya. Tujuh tahun silam.
Salah satu orang yang sedih saat nggak bisa menikmati karya beliau dalam versi
cetak.)
Sebagian
orang ada yang mengatakan “Ah! Ini sekedar sensasi.” Tapi entahlah, aku tak
percaya itu, Bang tere leye melakukan ini untuk sebuah sensansi atau biar buku
bisa lebih terjual mahal. Untuk apa toh? Bukan buku yang lahir dari jemari
beliau selalu mendapatkan sematan mega best seller.
Pernah
aku bertanya dalam hati. Kenapa bang tere leye bisa menjadi penulis terkenal?
Padahal dia cuma punya fansfage. Ternyata satu jawabannya. Dia menulis dengan
hati. Dia menulis bukan untuk tenar atau terkenal. (Terkadang menampar diri sendiri)
Tuhan
tak pernah salah pilih. Benar adanya. Bang tere leye yang diam-diam menyedekah
hampir sebagian besar royalati. Tak
pernah terekpos ke public. Memilih hidup senderhana. Tetap bekerja meski sebenarnya
hasil royalati sudah mampu mencukupi hidupnya.
Lalu
kalau ada undang di balik batu atas tindakan beliau menghentikan menerbitkan
buku. Itu pendapat yang terlalu mentah dan tak berdasar. Apalagi pemberhentian karya beliau hanya
sebuah sensansi.
Menurutku
apa yang beliau lakukan merupakan bentuk protes. Iya protes kepada pemerintah. Lalu
yang jadi pertanyaan. Kenapa harus beliau?
Kalau pendapatku karena dia salah satu penulis ternama Indonesia. Setidaknya
suaranya akan mudah d dengar oleh pengambil kebijakan. Dibandingkan saya (misalnya) yang belum ada apa-apa. Mau
berteriak pakai toak nggak ada yang peduli. Lihatlah saat bang tere leye yang
melakukan aksi protes. Lihat isu terangkat kepermukaan. Padahal isu pajak yang mahal sudah dari dulu. Biasa isu ini akan
mencuat saat hari buku dunia. Tapi esoknya isu akan meredup.
#Akubersamatereleye
Tiada ulasan:
Catat Ulasan