Buku
sama seperti matahari menyinari bumi. Lewat sinarnya memberi pencerahan pada makhluk hidup. Tak
terbayang bila tidak ada sinarnya secara perlahan makhluk hidup akan mati.
Sinar merupakan energi terhebat, membantu aktivitas manusia. Itulah analogi
sebuah buku dengan buku semua keadaan akan menjadi terang dan bercahaya.
Bayangkan
dunia ini tanpa buku maka orang-orang
secara perlahan akan mati akal dan tidak
memiliki arah dan tujuan hidup. Terombang-ambing didalam kegelapan kalang kabut
dengan kenyataan . Tak heran bila suatu negara bila rakyatnya kutu buku maka akan besinar dan maju.
Belajar
dari Jepang tiap sudut terlihat orang
membaca. Di halte saat menunggu kendaraan mereka membaca buku. Didalam kereta membaca buku.
Bahkan ibu-ibu hamil menghabiskan waktu berjam-jam untuk membaca buku. Menurut
mereka membaca pada saat hamil berfungsi
merespon kecerdasan sang bayi didalam kandungan. Orang Jepang menjadikan buku
sebagai petunjuk hidup, dalam melangkah meraih kesuksesan.
Itu adalah sebagai bahan cerminan.
Betapa kekuatan dari membaca bisa merubah keadaan dan menjadi tonggak awal menuju kesuskesan yang
hakiki. Indonesia dan Jepang sama berjuang dititik Nol pada tahun 1945. Indonesia
baru merdeka sedangkan Jepang negaranya luluh lantak karena dibom oleh Sekutu
namun sekarang Jepang jauh lebih maju. Menyandang Singa
Asia sedangkan Indonesia masih saja menjadi negara berkembang.
Bagaimana
kekuatan dari membaca melatih otak kanan dan otak kiri menjadi seimbang. Bila otak kiri yang dominan
maka karakter yang timbul adalah akan cenderung untuk teratur. Berjalan lurus dan tidak memiliki keberanian
untuk mencoba hal yang baru. Bila otak kanan yang dominan maka cenderung
bertindak bebas tidak terkendali tapi
optimis dan selalu ingin mencoba hal yang baru. Kalau otak kanan dan kiri bisa
berkerja secara seimbang maka karakter dari manusia itu adalah cerdas, stematis
dan optimis.
Membaca
menumbuhkan sebuah rasa dewasa dan membentuk karakter tersendiri. Secara tidak langsung pergulatan emosi yang
terjadi dalam konflik membuat kita berpikir realalistis. Terhayut didalamnya
untuk lebih bijak menyikapi segala permasalahan. Terkandung sebuah sudut padang
yang berbeda.
Membaca
juga adalah sebuah hasrat yang tubuh
begitu saja tak bisa terbendung tidak
bisa terhalang. Hasrat yang begitu nikmat dan terasa manis. Semanis gula.
Membaca juga perlu sebuah rasionalisasi untuk mengtahui pesan yang disampaikan.
Sejak
aku lancar membaca. Aku ingat waktu itu kelas 3 SD. Aku mulai gemar membaca cerita-cerita yang ada didalam buku paket
B.Indonesia seperti Timun Emas , Pak Padir seiring sejalan bacaan mulai
merabah komik, hikayat, cerpen dan kisah-kisah
para Nabi. Aku juga suka mendengarkan dongeng-dongeng yang dikisahkan oleh nenekku
saat menemani tidur.
Saat
istarahat aku lebih sering menghabiskan waktu diperpustakaan daripada ke kantin
untuk jajan. Aku bisa memijam 2 atau 3 buku. Bila sudah ketemu buku terutama buku cerita
yang berbau apapun maka aku rela berjam-jam membaca itu buku. Sampai pernah aku tidak tidur karena
untuk menghabiskan membaca buku.
Soalnya mau diambil sama teman. Aku bisa menyelesaikan membaca buku setebal Hary
Poter dalam satu hari satu malam. Aku biasanya berhenti membaca saat waktu
sholat, mandi dan makan.
Tidak
heran bila buku yang ada diperpustakaan
SMP hampir semua sudah aku baca. Buku
berbentuk roman seperti Salah Asuhan,
Van De Rijk sekaligus biografi bapak Suharto, BJ Habibie dan
masih banyak lagi yang telah selesai aku baca.
Tak
heran bila dari SMP hingga sampai tamat kuliah ini yang paling akrab dan kenal
baik denganku adalah penjaga perpustakaan. Dia sudah hapal dengan wajahku merupakan
sebuah keuntungan. Mempermudah dalam proses memijam buku dengan jumlah banyak.
Mulai
SMA aku mulai menyisihkan uang jajanku untuk membeli buku. Buku pertama yang
aku beli adalah buku kumpulan cerpen Rembulan
Sepasi karya Pipit Senja. Aku tetap
berburu buku meski orangtuaku sempat complent karena menurut mereka lebih baik
uang itu ditabung untuk membeli pakaian atau kebutuhan yang lebih bermanfaat daripada sebuah buku yang hanya sekali saja dibaca maka disimpan didalam lemari.
Saat
kuliah aku tinggal diasarama jadi otomatis dapat jatah bulanan. Aku semakin
leluasa untuk membeli buku. Aku selalu mentargetkan satu bulan min 1 buku yang
dibeli. Alhamdulilah sekarang koleksi buku sekitar 89 buah hampir keseluruhan
adalah buku novel.
Dari
semua buku itu yang paling menginsprasi ada berapa buku yaitu yang pertama adalah Sang
Pemimpi karya Andrea Herinata. Kandungan didalam buku itu mengajarkan arti
dari kekuatan sebuah mimpi . Mimpi awal
dari sebentuk harapan yang akan menjadi nyata. Aku sampai membaca buku ini berkali-kali. Saat aku lelah menggapai harapan jadi semangat kembali. Saat
selesai membaca buku selalu air mata itu
mengalir dengan sendirinya. Aku melangkah dengan pasti membangun impiaku yang
sempat memudar.
Buku
ini juga membuat aku berani menuliskan mimpi-mimpi diselembar kertas. Target-target yang inggin aku capai dalam
jangka pendek maupun jaga panjang. Salah
satu mimpiku adalah Bila hari ini aku membaca karya orang lain maka suatu saat nanti karyaku yang akan dibaca orang.
Buku kedua yang paling menginspirasi adalah “Berbahagialah” Dr.‘Aidh Al-Qarni. Buku
ini memberikan sebuah energi postif dalam diriku. Bahwa tidak ada waktu untuk
bersedih. Andai saja tiap hari aku menghapal satu 1 ayat Al-Quran berapa ayat Al-Quran yang aku hapal dalam
satu tahun. Andai aku membaca buku
seminggu satu buku maka berapa ilmu yang aku dapat. Dan bila aku menulis satu hari satu lembar
berapa lembar tulisan yang aku hasilkan dalam
satu tahun . Buku itu mengajarkan bahwa
satu hal yang kecil bisa berbuah
besar bila dilakukan dengan rutin dan sesuatu yang terlihat berat akan terasa
ringan jika dilaksanakan dengan sebuah keikhlasan tanpa beban. Sekaligus
menyampaikan pesan bahwa tidak ada waktu untuk bersedih karena semua hari itu
bermakna.
Buku
ketiga yang sangat menginspirasi aku adalah “ Ayat-Ayat Cinta”. Tidak salah bila buku ini dikatakan buku
pembangun jiwa. Buku ini menumbuhkan motivasi didiriku untuk bisa berkarya
seperti Habiburahman. Buku ini aku beli saat kelas 2 SMA. Akupun dengan susah
payah menabung uang dan rela tidak jajan total. Senangnya bukan main saat aku
bisa memiliki ini buku.
Daerah tempat tinggalku masih sangat susah
akses buku. Nama daerahnya adalah Baturaja. Saat ada kesempatan berlibur ke kota Palembang. Senangnya bukan
main kesempatan untuk berburu buku didepan mata. Meski jaraknya kota palembang dengan tempat
tinggalku membutuhkan waktu 4 jam. Aku harus berjuang dengan sekuat tenaga biar
tubuhku fit. Mabok dalam perjalanan bukan menjadi penghalang.
Sangat
kebetulan lagi ada acara bazar buku
murah. Nafsu belanjaku tidak terkendali. Itulah kalau sudah melihat buku aku
tidak bisa berpikir panjang semuanya disikat. Sekejap uang tabungan aku ludes.
Untung uang ongkos pulang ke Baturaja
sudah aku pisahkan sebelumnya kalau tidak bisa-bisa aku hanya gigit jari. Aku
hanya manfaatkan momen yang jarang terjadi .
Bila
kita tercenung sejenak tak terurai kandungan
cahaya yang ditebarkan dari buku. Menebarkan benih-benih kehidupan
memercikan buah untuk dinikmati. Bersemai sebuah harapanan dalam menjemput masa
depan. Terdampar lautan mimpi yang harus kita digapai. Bertabur bintang dalam
derap langkah.
Buku
adalah napas bagi hidupku. Salah satu kebutuhan pokok yang tak bisa tergantikan
dengan yang lain. Seandainya diberi dua pilihan perhiasan atau buku maka aku
akan memilih buku meski harganya lebih murah. Buku membuat aku mengenal banyak
hal yang tidak aku temui didunia pendidikan.
Ada pepatah mengatakan bahwa buku adalah
jendela dunia. Memang benar pepatah itu dengan buku secara tidak langsung aku dapat mengenal kekayaan bumi. Keanekaragaman yang terdapat didalamnya.
Budaya hidup masyarakat. Macam - macam
perbedaan menjadi sebuah ciri khas suatu negeri dan tak kalah pentingnya
membuka cakrawala berpikir betapa besar
kuasa tuhan.
Buku
bagiku bagaikan air yang bisa melepas
dahaga dan membuat suhu tubuh menjadi seimbang. Bagaimana dari sebuah buku aku
bisa merasakan banyak hal dan pengalaman yang berharga. Banyak sebuah misteri
dan pertanyaan dalam benak bisa aku temukan jawabanya dibuku. Membaca membuatku bahagia.
*****
Tiada ulasan:
Catat Ulasan