Judul : Jangan Berhenti Berbuat Baik
Penulis : Mahroji Khudori
Penerbit : Pro-U Media
Jumlah Halaman : 304
Judul
buku ini sangat menarik mata untuk langsung mengambil dari rak serta sinopsis
yang ada di belakang semakin menguatkan.
Bila disamakan dengan makanan, buku ini seperti gado-gado atau
rujak. Cita rasanya manis, asam dan
asin. Penulis cukup piawai melukis kata-kata yang memiliki makna dalam. Setiap lembar demi
lembar isi mempunyai subtansi tersendiri, sebagian mengambil contoh dikehidupan
sehari-hari. Ada titik kelemahan dari buku ini yaitu meloncat-loncat dari tema satu ke
tema yang lain. Tidak fokus untuk menyelesaikan gagasan secara tuntas, baru
beralih ke bagian berikutnya.
Buku ini mengajarkan kita agar
jangan pernah berhenti berbuat baik. Kita tak pernah tahu, pintu langit diketuk
oleh doa siapa? Sehingga kemudahan-kemudahan itu kita dapat, terhadap suatu hal
yang nampak mustahil sekalipun. Mungkin saja oleh si Fakir yang pernah kita
tolong. Ibu-ibu yang pernah kita bantu. Mungkin saja dari lisan kita yang
selalu terjaga. Atau hal-hal lainnya
tanpa kita sadari. Begitupun sebaliknya.
Berbuat baiklah tanpa mempedulikan penilainan orang lain sejatinya niat hanya
kita dan tuhan yang tahu.
“Sesungguhnya engkau tidak akan
mampu menyenangkan semua orang. Karenanya perbaikilah hubunganmu dengan Allah.
Jika hubunganmu denga Allah telah baik, maka engkau tidak akan lagi peduli
dengan perkataan orang.” (Hal, 26)
“Bagiku, sukses adalah ketika kita
bisa mendapatkan jalan keluar saat menghadapi persoalan yang sulit dan rumit
hingga seolah-olah tak ada solusi yang bisa dipakai.” (hal, 93)
“Mungkin saja doa yang sudah sangat
lama belum terkabul bersebab yang berdoa masih sering mengulang-ulang
kemaksiatannya. Mungkin saja doa yang sudah sangat lama belum terkabul bersebab
belum bisa baik dengan tetangga. Atau
mungkin saja sesuatu yang diminta lebih baik jika ditunda. “ (Hal, 160)
Sebaik-baiknya kehidupan kita yang
selalu berusaha untuk berbuat baik kepada sesama, menebarkan manfaat meski
hanya seutas seyum. Bila memang kita tak punya uang untuk memberi kita masih
bisa menyumbangkan tenaga. Bila tenagapun telah termakan usia kita masih bisa
melakukan perbuatan-perbuatan baik lainnya.