Judul : Sejak
Awal Kami Tahu Ini Tidak Akan Pernah Mudah
Penulis :
Sisimaya
Penerbit :
Diva Press
Jumlah Halaman : 268
Meraih
mimpi dalam hidup tak semudah membalikan telapak tangan, mungkin benar adanya.
Beragam kerikil, angin, badai, ombak serta halilitar akan menemani. Sama
seperti melakukan perjalanan yang kadang menemukan tanjakan, lubang, kelokan
dan tak akan selalu semulus jalan tolol sehingga sampai pada tujuan.
Demikianlah cerita yang tertuang dalam novel ini. Saya sebagai pembaca terhayut
dalam alur cerita, perjalanan Bayu dan Agus dalam mewujudkan impian. Penulis
berhasil memberikan sebuah energi postif kepada pembaca. Terkadang kita harus
keluar dari zona nyaman dalam meciptakan peluang. Bukan hanya untuk kepentingan
diri kita sendiri tapi lebih kebermanfaatan bagi orang banyak, itulah sejatinya
hidup. Setting pada novel ini cukup detail, tapi ada berapa tokoh yang sekedar
numpang lewat saja. Tapi itu semua tidak mengurangi dari kekerenan novel ini.
Secara tema, pengemasan dan diksi apalagi pada bab awal sudah mengaduk-aduk
emosi meski pada ending menurut saya agak kurang geregetan.
Karier yang cemerlang dengan recana
hidup yang tersusun didalamnya tentu dengan melewati pendaki yang tidak mudah
sehingga dia bisa sampai pada titik itu. Harus Agus rela lepaskan, demi tawaran dari
kakaknya untuk kembali kekampungan halaman. Hati kecilnya samasekali tidak bisa
menolak. Untuk membantu membangun mimpi
baru bersama kakaknya yaitu pabrik gula. Kakaknya, Bayu memiliki misi khusus
yaitu untuk membangun desanya agar para petani bisa menjual deresan nira, tanpa
perlu melalui proses pengolahan dengan harga yang tinggi.
“Aku memadang dalam-dalam mata kakak
angkatku itu. Tampak kesungguhan dan ketulusan disana. Dia memang benar memikirkan
nasib ratusan pengrajin gula kelapa di
daerah kelahiranku. Terlihat betapa seriusnya dia memikirkan keuntungan yang
diperoleh penderes ketimbang memikirkan
keuntungan bagi dirinya sendiri.” (Hal, 58)
Agus dan Bayu memulai semua dari nol. Tentu dengan
beragam kendala yang harus mereka lewati. Dari kendala teknis sampai petani
Nira yang tiba-tiba tidak ingin menjual. Tak hanya itu, beragam pengorban harus
mereka lakukan selain dari keluar zona nyaman . Saat Bayu harus kehilangan sang
cabang bayi karena istrinya terlalu kecapekan. Uang tabungan mulai menipis
sedangkan produk gula cair terkendala
proses pemasaran. Lika-liku perjalanan itu harus mereka lewati. Selalu ada
akhir dari setiap perjuangan, akan ada buah. Apa yang kita tanam itulah
akhirnya kita tuai. Untuk mendapatkan sebuah buah dari tanaman, tentu harus melewati proses menjaga dan merawat yang membutuhkan kesabaran
dan ketelatenan.
“Aku memadangi pabrik gula mini
rancangan kakak angkatku dengan sedih. Apa iya kami harus gagal karena masalah
pemasaran ? Apa ita pabrik ini harus berhenti beroperasi justru disaat ia baru
saja mulai? Apa iya impian menjalankan pabrik gula ini harus berhenti sampai
disini ?” (Hal,190)
“Saya yakin produk ini akan punya
angka penjualan yang bagus di Amerika Serikat.Produk ini unik.” Ben
mengosok-gosok kedua telapak tanganya.” (Hal, 213)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan