Judul : Sahabatmu
Kekuatan Jiwamu
Penulis : Rizem Aizid
Penerbit : Diva Press
Jumlah halaman : 216
Saat berjalan-jalan ketoko buku, mata langsung tertuju pada buku
ini. Mungkin karena judul yang begitu gede dan menarik. Secara keseluruhan isi
dari buku ini sangat bagus, penulis menunturkan dengan bahasa yang ringan,
sederhana dan tidak mengurui. Bagian yang paling kusukai adalah pada kata
mutiara tentang sahabat. Buku ini juga
memamparkan cara kita mencari sahabat
baik. Betapa beruntung bila kita memiliki sahabat. Seperti yang tertulis dalam
buku ini hanya teruntung jari. Tak semua orang mengelilingi hidup, dan
menghabiskan waktu bersama bisa dibilang
sebagai sahabat. Sahabat berbeda dengan seorang teman , posisi jauh lebih
tinggi sederajat dengan keluarga.
“Cintai sahabatmu itu
dengan segenap jiwa ragamu, seakan-akan kamu mencintai sanak saudaramu sendiri.
Sahabat yang baik adalah yang sering sejalan denganmu dan menjaga nama baikmu
saat kamu masih hidup ataupun setelah kamu mati.” (hal, 46)
Sahabat adalah orang yang
mengulurkan tangan saat terjatuh agar membuatmu bangkit kembali, menjadi motivasi agar melangkah maju
kedepan, memberikan tisu untuk
menyeka airmatamu, berbicara
terang-terangan dihadapanmu tapi menjaga nama baik dikeramainan dan
dibelakangmu. Memberikan pundak untuk saling menguatkan, bisa jadi orang pertama yang mendengarkan
keluh kesahmu. Mempersembahkan seyum
yang tulus atas keberhasilanmu. Dia tak akan pernah menelan mentah-mentah info
tentang dirimu, karena dia mengenalmu
sebagaimana dia mengenal dirinya sendiri. Maka dari itu, sosok sahabat sangat
istimewa, dia akan selalu ada bersamamu pada kondisi apapun. Berbagi suka dan
duka, tertawa dan menangis bersama.
Bila kita berharap memiliki seorang
sahabat dalam hidup, maka kitapun harus memposisikan diri sebagai sahabat bagi
orang lain. Sejatinya ada hukum timbal balik, apa yang dilakukan itulah yang
akan diterima.
“Jangan
sampai dalam persahabatan itu terjadi hubungan satu arah. Misalnya, ia selalu
memperhatikan kepentingan kita, sementra kita tidak pernah memperhatikan kepentingannya.
Bila hal itu terjadi, maka kita tidak mengagapnya sebagai seorang sahabat.
Karena persahabatan sejati dapat terjalin bila kita saling memperhatikan kepentingan
masing-masing. Bukan egoistime semata.” (hal, 77)
Tak semua orang atau teman bisa
dijadikan sahabat, kitapun bisa menilai dan memilah dengan menggunakan akal.
Seseorang yang tulus selalu berada dalam suka dan duka hidupmu. Tak segan
mengulurkan tangan membantu tiap persoalan. Seorang yang turut menitikan
airmata saat kesedihanmu bukan dia yang tertawa bahagia saat melihat engkau
terjatuh, dia yang berusaha menutup aibmu dan tak berhenti mengingatka untuk
selalu berbuat baik. Maka itulah sahabat sejati.
“Tetapi
percayalah, sahabat sejati adalah orang yang dengan tulus dan ikhlas membantu
kita keluar dari kesedihan itu. Ia tidak hanya berpura-pura menanyakan perihal
kesedihan kita, tetapi juga memberikan nasihat atau saran yang dapat membebaskan
kita dari kesedihan. (Hal, 120)
Bila mendapatkan seorang sahabat
karib atau baik, maka jagalah selalu tali persahabatn tersebut. Jangan pernah
luntur dan termakan oleh waktu karena tidak setiap masa dalam kehidupanmu
engkau bisa menemukan sahabat. Mendapatkan seorang teman itu sangatlah mudah
tapi mendapatkan seorang sahabat itu sangatlah sulit. Maka kehilangan seorang
sahabat jauh lebih menyedihkan daripada kehilangan seratus teman.
“Berharaplah
engkau mendapatkan sahabat sejati yang tak luntur baik dalam keadaan suka
ataupun duka. Jika engkau dapatkan berjanjilah dalam hatimu untuk selalu setia
padanya.” (hal, 45)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan