Saat naskah ditolak penerbit, itu bukan akhir dari sebuah mimpi.
Setelah menulis sebuah naskah berbulan-bulan dan menyita waktu untuk riset,
belum lagi proses mengedit. Tentu besar harapan naskah itu akan dicetak dan
terbit. Tapi kenyataan terkadang tak seindah harapan. Hampir setiap
penulis pernah menerima surat balasan
bahwa naskah belum layak untuk terbit.
Memang, kebahagian terbesar bagi seorang penulis, saat dia menatap
karya terpajang manis di toko buku, lalu dibaca oleh banyak orang. Itu berarti
buah dari garis tangan dan pemikirannya telah dinikmati. Tapi untuk melihat
goresan jemari terpanjang, tak semudah membalikan telapak tangan. Tugas seorang
penulis tak hanya sekedar menulis, tapi menawarkan tulisannya kepada penerbit.
Bila ada kecocokan dan naskahnya dikira menarik dan sesuai dengan standar visi
dari penerbit, besar kemungkinan naskah itu akan diterima. Tapi bila sebaliknya
maka penulis akan mendapat surat penolakan.
Sedih sudah pasti saat naskah ditolak, apalagi menulis itu butuh
perjuangan. Merelakan jam istirahat untuk melototi latttop, survei di mbah google, dan melakukan hal-hal
lainnya hanya untuk mendapatkan sebuah insprasi. Belum lagi berkompromi dengan
rasa malas. Tapi saat naskah yang telah dibuat sedimikian rupa ditolak, tentu
bikin nyesek. Terkadang bikin hilang semangat.
Tapi, bila sejenak kita menarik napas, lalu membaca kisah-kisah
orang yang menorehkan nama lewat goresan tangan. Buku Harry Potter
berpuluh-puluh kali mengalami penolakan dari penerbit, sampai penulis sempat
putus asa dan membuang naskahnya di tong sampah. Dee Lestari, salah satu
penulis ternama Indonesia juga pernah berkali-kali mengalami penolakan. Karya
yang telah dibuat, lalu ia photocopy dan dibagikan kepada teman-temannya. Tere
Leyepun pernah mengalami penolakan dari berbagai penerbit. Bila naskah kita di
tolak oleh penerbit A, Boleh jadi naskah itu akan terbit pada penerbit B atau
mungkin penerbit C.
Maka dari itu, saat naskah kita ditolak penerbit itu bukan akhir
dari sebuah mimpi. Tapi awal baru dari sebuah perjalanan. Hanya orang yang
pernah berbuatlah pernah merasakan arti kegagalan. Masa depan itu hanya untuk
orang-orang yang tidak pernah berhenti berjuang.