Kali saya akan menulis CERMOV (cerita motivasi) buat blog ini. Tema
kesehatan, review buku sudah memenuhi. Biar memiliki variasi dan agar pembaca
tidak bosan, kali ini judul ceritanya “Ibu,
cita-citaku menjadi orang kaya.”
Semilir angin
sepoi-sepoi menyapa, seorang wanita paru baya dan gadis kecil yang berusia
sekitar 10 tahun, mereka sedang menikmati senja. Ayunan yang bergoyang pelan,
mengikuti irama angin, mengerakan tubuh mereka. Rutinitas harian yang selalu
mereka lakoni. Setelah hampir seharian berpeluh keringat mencari sesuap nasi
dan sang anak yang sibuk menguras otak menuntut ilmu. Untuk sejenak mereka
melepaskan penat dengan menikmati pergantian senja. Sebelum malam datang
menyapa dan ibunya kembali kerutinitas menyiapkan jualan untuk besok pagi dan
anak sibuk belajar.
“Nak, apa cita-citamu?”
Gadis kecil itu, sejenak
menghela napas dan mengalihkan padangannya dari langit. Lalu menatap
wanita yang ada disampingnya.
“Ibu, aku ingin menjadi orang kaya,” katanya pelan.
Sedikit terhenyak mendengar perkataan anaknya, bukan menjadi
dokter, insyiur, pramugari, pengusaha atau mungkin pelukis. Padahal sang anak
memiliki hoby menggambar, seharusnya anak cita-cita menjadi pelukis terkenal
dan ternama. Dia mencoba menyelami pemikiran anaknya, tak ingin membantahnya.
“ Kenapa ingin menjadi orang kaya?”
“Ibu, bila nanti aku menjadi orang kaya. Aku ingin menciptakan seyum di wajah orang-orang.”
“Bagaimana bisa?”
“Sewaktu aku membantu ibu di pasar,
melihat seorang pembeli yang mengotot menawar harga, daripada tidak laku
akhirnya dijual itu sayur. Aku menatap wajah penjual itu tampak tertekuk penuh
kesedihan. Saat dia membereskan jualannya, ada seorang pembeli tanpa menawar
harga dan uang kembaliannya untuk si pedagang itu. Seketika, wajah yang kusut
tadi terseyum semuringah, bersama lantunan doa yang terlotar dari mulutnya. Begitu
juga yang terjadi pada si pengamen yang tertunduk sayu, saat tak mendapatkan
uang receh. Saat seorang bapak
memberikan selembar uang, dia langsung seyum kegirangan dan melonjak-lonjak.
Ibu, itulah kenapa aku ingin bercita-cita menjadi orang kaya. Aku bisa membeli
sesuatu tanpa harus menawar, bisa mengeluarkan uang dari dompet tanpa harus
berpikir sayang. Seperti orang berduit yang belanja di mol. Bisa membuat seyum
di wajah orang-orang. Bukan ibu yang mengajarkan bahwa ciptakan seyum di wajah
orang lain.”
“Anakku,” sambil berkaca-kaca dia mengelus kepala sang anak sambil
mendoakan dalam hati, semoga nanti kamu menjadi orang sukses nak.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan