Dulu
pengen banget, kalau lulus SMA mau kuliah mengambil jurusan sastra, berapa kali
mengutarakan niat kepada kedua orangtua. Tapi orangtua memberi padangan, kalau
perempuan sebaiknya kuliah yang dikejuruan seperti kesehatan atau
pendidikan. Biar mudah cari kerja, kalau kerjanya tidak terlalu diposir. Coba kalau penulis, bayangkan,
kesana-kesini untuk mencari data. Tetap bersikeras, karena sudah kadung pengen
dan menjadi cita-cita dari sejak kecil. Tapi doa orangtua sangat mambrur, aku
tidak lulus seleksi masuk peguruan tinggi negeri untuk jurusan sastra.
` Setelah berbagai pertimbangan dan
diskusi, aku menyetujui saran orangtua untuk mengambil jurusan perawat. Jadilah
kuliah disana, sambil memupus mimpi untuk kuliah di jurusan sastra. Awalnya lumaya berat tapi berusaha menjalani
dan menyukai bidang yang telah dipilih dengan sepenuh hati. Di tingkat dua
sekolah keperawatan, aku menyadari satu hal, saat membaca buku sang pemimpi dan
laskar pelanggi punyanya Andrea hirata. Bahwa hidup harus memiliki mimpi-mimpi,
tak ada yang tak mungkin didunia ini. Siapapun kamu, apapun latar belakangmu,
dari meski tak memiliki IQ yang tinggi, kau memiliki hak untuk bermimpi.
Semangat menulis kembali tumbuh,
semakin rajin mengujungi perpustakaan dan toko buku. Mimpi untuk menjadi
penulis tumbuh kembali. Akupun menyadari satu hal, bahwa untuk menjadi penulis
tak perlu kuliah di jurusan sastra. Banyak penulis-penulis hebat yang tak
memiliki basic sastra. Siapapun bisa menjadi penulis, tapi seberapa besar dia
mau berusaha dan bertekad. Menulis itu ya tinggal menulis, tapi menulis yang
berkualitas, menginspirasi dan bisa terbit di penerbit mayor serta disukai
masyarakat itulah yang butuh perjuangan.
Ternyata apa yang dikatakan ibu itu
benar,apa yang disarankan ayah tidak salah. Aku tak pernah menyesali, karena
tidak jadi kuliah di jurusan sastra, malahan bersyukur mengambil jurusan
berbeda. Itu akan menambah wawasan dan pengetahuan tentang suatu bidang.
Menulis itu membutuhkan banyak wawasan,
agar tulisan semakin berisi dan bermakna. Itu semua baru aku sadari, setelah
bertahun-tahun lulus kuliah. Disaat aku memutuskan untuk benar-benar ingin
menjadi seorang penulis. Lebih tepatnya dua tahun yang lalu. Perawat tetaplah
profesi yang kupilih untuk mencari rejeki, tapi menulis adalah sebuah hoby yang
ingin aku tekuni sampai akhir usia atau menutup mata.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan