Seperti
kehidupan, kita tidak akan pernah bisa
melupakan tanah kelahiran. Sebuah tanah
pertama kali kita membuka mata dan menantap dunia. Disana semua itu
berawal dari belajar merangkak sampai berdiri. Dari melukis mimpi sampai kita bisa
mandiri. Kau tahu, sejauh manapun kaki
itu membawa kamu pergi. Tetap, disudut hatimu akan ada rindu dengan kampung halaman. Ada kalanya
engkau akan kembali pulang untuk melepas rindu, meski telah memiliki kehidupan
sendiri di tempat yang baru. Kau tak akan pernah bisa menghapus jejak, bahwa
disana engkau dilahirkan. Dalam darah ada sebuah aliran yang mengikat dirimu.
Tetaplah
istiqomah, di jalan itu kau dilahirkan, sampai tumbuh menjadi pohon meski belum
berbuah. Dari biji, lalu berkecambah, sampai akar menacap ke bumi dan daun-daun
hijaupun bermunculan. Maka teruslah tumbuh tetap ingat darimana kau berasal.
Jambu bangkok berasal dari bangkok, apel
malang berasal dari malang. Ada suatu yang melekat tak mungkin bisa kau lupakan karena telah menetap pada bagian saraf ingatan.
Tetaplah
istiqomah, di jalan itu kau dilahirkan. Jangan pernah menjadi kacang yang
lupakan akan kulitnya. Dirimu tak boleh berubah warna bersama sang waktu, tapi
tetaplah menjadi warna yang sama sepanjang masa. Meski tak bisa mewarnai tapi
setidaknya jangan terwarnai. Meski tak bisa melukis tapi cukuplah menjadi objek
lukisan.
Tetaplah
istiqomah, di jalan itu kau dilahirkan. Ingatlah selalu tangisan pertamamu saat
kau tatap dunia ini. Ingatlah selalu mereka yang pernah mendekapmu,
membimbingmu, memberi seyum terhangat, mengajari merangkak, mengeja kata dan
mengenalkan pada dunia. Sampai akhirnya kau mampu ber3diri sendiri. Ingatlah
selalu itu, jangan pernah engkau lupakan.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan