Rabu, 27 September 2017

SEPOTONG KISAH : SEKOTAK KUE SIANG INI




Ini bukan kali pertama keluarga pasien memberikan sesuatu. Seperti siang ini, sekontak kue.
                “Ini buat Suster?”  ibu menyodorkan kantong plastik yang berisi kontak.
                “Apa ini, Buk?” selaku
                “Makanan untuk suster,”  sela terseyum.
                “Nggak usah repot-repot, Buk. Aku jadi tidak enak, kalau diberi beginian.”
                “Itu sebagai ucapan terimakasih karena suster sudah baik.”
                “Makasih, Buk. Sekali lagi nggak usah kasih-kasih beginian,”
                Itulah sekelumit peristiwa siang ini di poli. Bukan hanya sekali atau dua kali, pasien memberikan sesuatu. Pernah dibawahin pisang, buah kendodong, nanas, gula, biscuit, peyek, bahkan ada yang tiba-tiba. Mang bakso datang ke poli membawa bakso dan es buah. Padahal tidak pesan. Terkadang, merasa tidak enak hati.
                Pernah juga, ada berapa pasien yang menyelipkan uang. Iya uang lembaran 50 ribu. Tapi aku dengan tegas menolak dan mengatakan bahwa itu sudah menjadi pekerjaan. “Doakan, saja Buk. Tak perlu kasih apa-apa,” itu kalimat yang kulontarkan.
                Pasien-pasien yang rutin setiap bulan harus kontrol. Menjadikan keakraban sendiri. Sudah hapal dengan mereka serta penyakitnya. Terjalin sedikit ikatan.
                Apalagi, saat mendengar kabar bahwa pasien yang kontrol rutin menghadap Tuhan. Tanpa sadar kadang suka menitikan airmata.  Seperti berapa waktu yang lalu. Tanpa sengaja bertemu dengan bapak yang sering mengantar istrinya kontrol.  Aku langsung bertanya, kenapa sudah lama tidak kelihatan kontrol?  Apa kabar ibunya?
                “Sus, ibu sudah meninggal,” kata bapak itu berkaca-kaca.
                “Kapan? selaku kaget. Menutup mulut dengan tangan.
                “Sebulan yang lalu Sus, sempat dibawah ke IGD dan dirawat semalam. Tapi tidak tertolong.”
                Seketika terbayang-bayang dip elupuk mata wajah ibu itu. Dadaku seketika berdetak, tak bisa kubendung airmata. Lantunan doapun terpanjat. Dia sudah bahagia di langit sana bersama sang pencipta.
                Menjadi seorang perawat itu menyenangkan. Iya menyenangkan bisa berintraksi dengan banyak orang. Bisa berbagi motivasi dan semangat.
                Menjadi seorang perawat itu menyenangkan. Saat mereka berkata “Aku sudah baikan, suster.” Lalu kami tertawa bersama.
                Menjadi seorang perawat itu menyenangkan. Bagaimana melatih kesabaran.

Tiada ulasan: