Sabtu, 9 April 2016

REVIEW BUKU : JANGAN BERHENTI BERBUAT BAIK




Judul  : Jangan Berhenti Berbuat Baik
Penulis : Mahroji Khudori
Penerbit : Pro-U Media
Jumlah Halaman : 304
           
Judul buku ini sangat menarik mata untuk langsung mengambil dari rak serta sinopsis yang ada di belakang semakin menguatkan.  Bila disamakan dengan makanan, buku ini seperti gado-gado atau rujak.  Cita rasanya manis, asam dan asin. Penulis cukup piawai melukis kata-kata  yang memiliki makna dalam. Setiap lembar demi lembar isi mempunyai subtansi tersendiri,  sebagian mengambil contoh dikehidupan sehari-hari. Ada titik kelemahan dari buku  ini yaitu meloncat-loncat dari tema satu ke tema yang lain. Tidak fokus untuk menyelesaikan gagasan secara tuntas, baru beralih ke bagian berikutnya.
            Buku ini mengajarkan kita agar jangan pernah berhenti berbuat baik. Kita tak pernah tahu, pintu langit diketuk oleh doa siapa? Sehingga kemudahan-kemudahan itu kita dapat, terhadap suatu hal yang nampak mustahil sekalipun. Mungkin saja oleh si Fakir yang pernah kita tolong. Ibu-ibu yang pernah kita bantu. Mungkin saja dari lisan kita yang selalu terjaga.  Atau hal-hal lainnya tanpa kita sadari.  Begitupun sebaliknya. Berbuat baiklah tanpa mempedulikan penilainan orang lain sejatinya niat hanya kita  dan tuhan yang tahu.
            “Sesungguhnya engkau tidak akan mampu menyenangkan semua orang. Karenanya perbaikilah hubunganmu dengan Allah. Jika hubunganmu denga Allah telah baik, maka engkau tidak akan lagi peduli dengan perkataan orang.” (Hal, 26)
            “Bagiku, sukses adalah ketika kita bisa mendapatkan jalan keluar saat menghadapi persoalan yang sulit dan rumit hingga seolah-olah tak ada solusi yang bisa dipakai.” (hal, 93)
            “Mungkin saja doa yang sudah sangat lama belum terkabul bersebab yang berdoa masih sering mengulang-ulang kemaksiatannya. Mungkin saja doa yang sudah sangat lama belum terkabul bersebab belum bisa baik dengan tetangga.  Atau mungkin saja sesuatu yang diminta lebih baik jika ditunda. “ (Hal, 160)
            Sebaik-baiknya kehidupan kita yang selalu berusaha untuk berbuat baik kepada sesama, menebarkan manfaat meski hanya seutas seyum. Bila memang kita tak punya uang untuk memberi kita masih bisa menyumbangkan tenaga. Bila tenagapun telah termakan usia kita masih bisa melakukan perbuatan-perbuatan baik lainnya.

Jumaat, 8 April 2016

REVIEW BUKU : AKIK DAN PENGHIMPUN SENJA




Judul                          : Akik Dan Penghimpun Senja
Penulis                        : Afifah Afra
Penerbit                      : Indiva
Jumlah halaman        : 322

Akik dan Penghimpun senja ini,  memuat nilai eksotis tentang gua, pertualangan, tentang batu akik yang bertuah,  mistis serta ada sisipan nilai sejarah Majapahit. Novel ini kaya dengan diksi yang indah, alur cerita yang tidak menjemukan, meski tema cerita sederhana ramuannya membuat cerita hidup dan istimewa. Setting yang dipaparkan detail sehingga bisa terbayang di pelupuk mata. Bila, novel ini di filmkan mungkin visualisasi akan lebih seru dan menegangkan. Endingnyapun aku sukai, cukup mengejutkan karena terbawa akan cerita  mengira makhluk halus, tapi ternyata perbuatan Gunadi sang dukun.  Tapi ada berapa tokoh yang sebenarnya hanya sekedar penghias , peramai  muncul sesaat.
Fahira akan melakukan sebuah penelitian, tapi dia bukanlah seorang pencinta alam. Dia membutuhkan tim Mapala untuk memuluskan recananya. Anton sang ketua, terkenal cuek, galak, kuliah hanya sekedar menjeng, kerjaan keluyuran ke alam bebas ditambah dengan  kejadian yang kurang baik antara Fahira dan Anton. Membuat dia bersikeras tidak mau membantu Fahira. Tanpa Anton tim mapala tidak bisa bergerak ,dialah yang mengetahui seluk beluk gua dengan detail.  Fahira sempat putus asa, apalagi dengan kata-kata kasar Anton.
“Aku ngak bakalan ikut, jika kucing kecil ini tetap ikutan ekspedisi. Tak peduli dia bos atau babu !” sambil mengeram seperti ayam jago baru kalah bersabung, Anton meraih tas ranselnya dari atas meja, mencangklongnya dan beranjak pergi. Namun sebelum langkahnya meninggalkan ruang, Jaka buru-buru menarik tangannya.” (hal, 37)
Rinati bersuamikan seorang Gunardi yang kerjaannya bersemedi di gua berbulan-bulan meminta petuah dari batu akik. Sejenis pengasihan bagi yang mau mencalonkan diri menjadi kepala daerah. Namun persemedian merasa terganggu karena alam tidak sealami dulu telah terjama”ah oleh tangan manusia. Gundari menyadari bahwa semakin hari kekuatnya semakin berkurang. Dia murka pada parawisata dan turis asing. Sedangkan Rinati mengharapkan suami menjadi manusia normal pada umumnya, hidup sederhana berjualan es kelapa, bukan menjadi seorang dukun.
“Ada sesuatu yang sepertinya memudar dariku,” desah Gunadi. “Kesaktiannku, seperti hilang hampir separuhnya. Aku tak pernah berhasil memasukan tuah ke cincin-cincin akik dan pusaka-pusaka itu sebaik yang pernah kulakukan sebelum-sebelumnya, Dan ini sangat meresahkanku.” (hal, 107)
Anton akhirnya mau juga membantu Fahira. Pertualangpun dimulai menyusuri sebuah gua. Fahira tampak begitu takjub, mereka berkeliling mengintarai lorong-lorong gua. Jiwa Anton tertantang saat melihat celah sempit. Diapun memanjat, matanya begitu kagum dengan pemadangan yang ada diatasnya. Fahira yang mendengar gumanan Anton memutuskan untuk ikut terjun kedalam. Mereka terjebak di sana, karena penunjuk di dinding  ada yang mencopoti. Mereka hanya muter-muter tanpa tahu jalan keluar.
“Kami melangkah, terus melangkah, dan memasuki labirin yang memusingkan. Namun lorong air itu tak juga kami temukan. Sekitar satu jam, akhirnya kami memasuki sebuha chamber keci. Cahaya headlamp menyorot ke sebuah batu besar. Dan aku tercenagng, melihat selembar kertas yang ditindih dengan batu keci. (Hal, 224)

Rabu, 6 April 2016

Review Buku : Terusir




Judul                          : Terusir
Penulis                        : Hamka
Penerbit                      : Gema Insani
Jumlah halaman        :132
Antara  nyata dan khayalan dalam sebuah novel hampir tidak ada sekatan, bagaimana lahirnya sebuah tulisan tersebut dari pengamatan atau realita yang ada di lapangan lalu diolah otak bersama imajenasi yang tertuang.  Angkatan pujangga lama dan baru serta balai pustaka, karya seperti novel yang mengangkat tema tetang kentalnya sebuah adat istiadat yang mengekang, kasta antara laki-laki dan perempuan, tentang peperangan, norma sosial serta prilaku masyarakat pada saat itu menjadi sorotan tajaman. Bagitulah sekira novel terusir ini tertuang, lewat jemari Hamka. Penulis legendaries Indonesia salah satu karya sangat  fenomena adalah tenggelamnya kapal van  der wijck.
Novel ini berkisah tentang Mariah yang haus terusir dari kampung halamannya dan dicerai oleh sang suami karena hasutan dari pihak keluarga.  Pihak keluarga yang tak suka dengan Mariah karena dia berasal dari keluarga biasa sedangkanAzhar dari keluarga terpandang. Keluarga Azhar menyusun berbagai recana dan mengatur berbagi strategis, sehingga terjadi petaka tersebut. Mariah yang hidup sebatang kara, bingung harus menginjak kaki kemana. Kepedihannya bertambah saat teringat anal yang  ditinggalkan.
“Yang lebih lagi mengharu-birukan pikirannya ialah percerainan dengan anaknya. Wajah anaknya yang mungil senatiasa terbayang di ruang matanya.Kerap kali ia terbangun dari tidur tengah malam, serasa-rasa kedengaran anaknya memanggil ibu.” (Hal, 23)
`           Mariah menyeret langkah ke ibu kota semula menumpang ketempat teman ayahnya sambil berusaha menghubungi suami dan menjelaskan duduk persoalan. Berbulan-bulan dia mengirim surat. Tapi tidak ada hasil. Mariah akhirnya bekerja menjadi pembantu rumah tangga setelah tidak ada lagi yang dia bisa lakukan.  Azhar menyadari kekeliruan selama ini dam sadar telah melakukan kesalahn. Diapun mencari Mariah yang telah di bawah majikan kepulau seberang.
“Sehari selepas surat itu diterimanya, dimulainyalah mencari dimana gerangan bekas istrinya itu. Disusun dan  diupahkan orang-orang yag tahu seluk-beluk kota Medan, ditanyakan ke Siantar, Tanjung Balai, Kisaran dan Bardan, satupun  tak ada laporan yang menyenangkan hati.” (Hal, 35)
Novel ini memang  tipis dan sederhana. Tapi banyak menyimpan pesan moral  yang tak lekang oleh waktu. Mungkin kisah ini ditulis puluhan tahun silam tapi tetap bisa dinikmati sampai sekarang. Itu menandakan bahwa novel itu tak lekang oleh waktu dan perubahan Dalam setiap lini masa dia selalu hadir menemani para pembaca.

Selasa, 5 April 2016

Review Buku : Sejak Awal Kami Tahu Ini Tidak Akan Pernah Mudah




Judul                          : Sejak Awal Kami Tahu Ini Tidak Akan Pernah Mudah
Penulis                        : Sisimaya
Penerbit                      : Diva Press
Jumlah Halaman       : 268
           
Meraih mimpi dalam hidup tak semudah membalikan telapak tangan, mungkin benar adanya. Beragam kerikil, angin, badai, ombak serta halilitar akan menemani. Sama seperti melakukan perjalanan yang kadang menemukan tanjakan, lubang, kelokan dan tak akan selalu semulus jalan tolol sehingga sampai pada tujuan. Demikianlah cerita yang tertuang dalam novel ini. Saya sebagai pembaca terhayut dalam alur cerita, perjalanan Bayu dan Agus dalam mewujudkan impian. Penulis berhasil memberikan sebuah energi postif kepada pembaca. Terkadang kita harus keluar dari zona nyaman dalam meciptakan peluang. Bukan hanya untuk kepentingan diri kita sendiri tapi lebih kebermanfaatan bagi orang banyak, itulah sejatinya hidup. Setting pada novel ini cukup detail, tapi ada berapa tokoh yang sekedar numpang lewat saja. Tapi itu semua tidak mengurangi dari kekerenan novel ini. Secara tema, pengemasan dan diksi apalagi pada bab awal sudah mengaduk-aduk emosi meski pada ending menurut saya agak kurang geregetan.
            Karier yang cemerlang dengan recana hidup yang tersusun didalamnya tentu dengan melewati pendaki yang tidak mudah sehingga dia bisa sampai pada titik itu.  Harus Agus rela lepaskan, demi tawaran dari kakaknya untuk kembali kekampungan halaman. Hati kecilnya samasekali tidak bisa menolak. Untuk membantu membangun  mimpi baru bersama kakaknya yaitu pabrik gula. Kakaknya, Bayu memiliki misi khusus yaitu untuk membangun desanya agar para petani bisa menjual deresan nira, tanpa perlu melalui proses pengolahan dengan harga yang tinggi.
            “Aku memadang dalam-dalam mata kakak angkatku itu. Tampak kesungguhan dan ketulusan disana. Dia memang benar memikirkan nasib ratusan pengrajin  gula kelapa di daerah kelahiranku. Terlihat betapa seriusnya dia memikirkan keuntungan yang diperoleh penderes  ketimbang memikirkan keuntungan bagi dirinya sendiri.” (Hal, 58)
             Agus dan Bayu memulai semua dari nol. Tentu dengan beragam kendala yang harus mereka lewati. Dari kendala teknis sampai petani Nira yang tiba-tiba tidak ingin menjual. Tak hanya itu, beragam pengorban harus mereka lakukan selain dari keluar zona nyaman . Saat Bayu harus kehilangan sang cabang bayi karena istrinya terlalu kecapekan. Uang tabungan mulai menipis sedangkan produk gula cair  terkendala proses pemasaran. Lika-liku perjalanan itu harus mereka lewati. Selalu ada akhir dari setiap perjuangan, akan ada buah. Apa yang kita tanam itulah akhirnya kita tuai. Untuk mendapatkan sebuah buah dari tanaman,  tentu harus melewati proses  menjaga dan merawat yang membutuhkan kesabaran dan ketelatenan.
            “Aku memadangi pabrik gula mini rancangan kakak angkatku dengan sedih. Apa iya kami harus gagal karena masalah pemasaran ? Apa ita pabrik ini harus berhenti beroperasi justru disaat ia baru saja mulai? Apa iya impian menjalankan pabrik gula ini harus berhenti sampai disini ?” (Hal,190)
            “Saya yakin produk ini akan punya angka penjualan yang bagus di Amerika Serikat.Produk ini unik.” Ben mengosok-gosok kedua telapak tanganya.” (Hal, 213)