LGBT
fenomena yang merembak demikan pesat di negara-negara maju maupun berkembang. Sebagian
dari negara maju sudah melegalkan LGBT atas nama HAM seperti Amerika dan
Belanda. Perkawinan sejenis sah di mata hokum mereka. Lalu bagaimana dengan
negara Indonesia, tak mau kalah juga. LGBT mulai mengepakkan sayap dan
menunjukan taring, Siapa jati diri sebenarnya. Sungguh ini sangat meresahkan,
terutama masyarakat umum yang menganut nilai-nilai luhur dan menjujungi arti sebuah
budi pekerti. Negara Indonesia tak bisa
disamakan dengan Belanda atau Amerika. Negara tersebut menganut sistem
kebebasan diatas segalanya. Sedangkan di
Indonesia penuh dengan aturan yang beragam. Dari mulai adat yang mengikat serta
norma melengkapi. Budaya LGBT tentu sangatlah asing bagi bangsa ini dan sangat
tidak cocok untuk diterapkan. Tapi kalangan yang membela LGBT, berangapan bahwa
ini melanggar HAM karena LGBT harus diakui. Lalu tidakkah termasuk melanggar
HAM, bila LGBT membuat resah masyarakat karena bertentangan dengan budaya Indonesia. Sedangkan budaya telah ada dari
zaman dahulu kala. Dimana masyarakat menganut budaya harus menikah dengan lawan
jenis bukan jenis yang sama. Apakah HAM
itu? Kenapa HAM harus merobak tataran yang sudah baku di masyarakat? Bukankah tugas HAM, melindungi masyarakat
banyak?
Selain
itu ada juga yang berasumsi bahwa LGBT takdir
tuhan yang harus dimengerti. Takdir yang tak bisa terelakan dan harus diterima
oleh LGBT. Seakan menjadi sebuah pembenaran bahwa menyukai sesama jenis adalah sebuah naluri manusia sengaja desain
oleh tuhan, dan berlindung atas nama HAM.
Tapi dimata orang awam seperti saya,
muncul pertanyaan. LGBT takdir atau pilihan hidup? Bila memang itu takdir dari tuhan, tentu ada contoh makhluk
hidup atau benda mati di dunia ini yang gaya dan prilaku mirip LGBT. Apakah ada
seekor hewanpun didunia yang menyukai sesama jenis. Bila baterai HP dan jam
dinding, ada tanda positif dan negatif . Adakah cerita sebuah lampu bisa
menyala dengan menggunakan baterai positif. Magnet sekalipun akan saling tarik
menarik bila bertemu dengan gaya positif dan negatif. Tumbuhan menarik kumbang
dengan warna-warni dan wangginya, bukan menarik bunga lain untuk mendekat.
Secara nalar, tuhan telah mendesain segala sesuatu dengan jenis berlawan untuk
saling tertarik. Kita yang telahir menjadi makhluk paling cerdas dibandingkan
makhluk ciptaan tuhan lain, masa tidak
merasakan insting untuk menyukai lawan jenis. Magnet saja akan saling menolak
dan tidak ada reaksi bila disatukan dengan kutub yang sama, lalu kita manusia
malah tertarik dengan yang sejenis.
Dari analisa saya pribadi, bahwa
LGBT itu bukanlah takdir. Tapi sebuah pilihan hidup yang diambil oleh
seseorang. Kenapa seorang memilih jalan tersebut, tanyakan kepada hati
masing-masing. Cinta itu berhubungan dengan naluri dan hati bukan. Mungkin ada yang keliru dengan
hatinya sehingga jalan yang dipilihpun salah. Andai memang LGBT itu takdir
pasti tuhan memberikan petunjuk didunia ini lewat ciptaannya. Berbeda cerita
bila terlahir dengan kelamin ganda. Artikel tak hendak untuk menghakimi atau
menyudutkan siapapun. Tapi sekali lagi ini hanya pemikiran saya yang resah akan
isu LGBT dan peyebarannya.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan