Judul :
Love Sparks in korea
Penulis :
Asma Nadia
Tahun terbit :
Oktober 2015
Halaman :
374 halaman
Penerbit :
AsmaNadia Publishing House
Rania
seorang gadis yang memiliki hoby bertualang, lewat mimpi masa kecil dia
wujudkan semua itu. Hoby menulisnya membawa dia mengilingi dunia. Salah satu
tempat yang di kunjungi adalah Korea. Tujuan kesana selain traveling juga
mendapat undangan sebagai duta penulis dari Indonesia untuk belajar disana
selama enam bulan. Kisah cintapun tertaut pada seorang pria bernama Hyun Geun,
laki-laki baik hati memberi pertolongan
kepadanya. Hyun Geun, laki yang memiliki kisah kelam dalam keluarga, sang ayah
suka berprilaku KDRT kepada ibunya. Dia mengagap hidup hanya hitam dan putih.
Hitam milik sang ayah putih milik ibunya. Sampai dia bertemu dengan Rania yang
memberi warna dalam hidupnya. Disisi lain, ada seorang pria mampan yang juga
menaruh harapan pada Rania. Illal sahabat selama delapan tahun, telah lama
menyimpan perasaan.
Membaca
novel seakan diajak bertualang menjelajahi negeri Korea. Bagian saat ayah Rania
meninggal dunialah yang membuat saya menitikan airmata. Membaca novel ini,
selain harus menyiapkan tisu, juga ada sisi romantise yang bikin bersemu.
Inilah rangkuman dari kata-kata insprasi yang saya temui di novel ini.
“Perempuan tidak boleh terperangkap dalam jeruji rasa
yang memenjaranya dari kemungkinan-kemungkinan lain. Cinta seharusnya diiringi
harapan akan kebersamaan.” (Hal, 6)
“Sebab mimpi-mimpi adalah milik pejuang kehidupan.
Tidak ada yang mustahil jika kita berusaha keras dan berdoa.” (Hal, 38)
“Hidup tak usah diratapi karena ujian adalah kemestian.
Berusaha saja. Berjuang menaklukkan berbagai halangan yang memberi jarak antara
mimpi-mimpi dan dirimu.” (Hal, 57)
“Hanya lelaki pengecut yang menyakiti perempuan yang
jelas lebih lemah. Lelaki sejati tidak akan bangga atau mendapatkan kesenangan
dengan menguasai dan menyakiti perempuan.” (Hal, 111)
“Sebagai perempuan, dia tidak akan memulai lebih dulu.
Ini prinsip. Kegelisahan yang hadir kemudian dilarikan Rania ke dalam doa dan
sujud-sujud panjang.” (Hal,159)
“Tetapi Hyun Geun akhirnya menyadari, tak ada rumus
matematika yang mampu menjelaskan bagaiman seseorang bisa jatuh hati. Kenapa
perasaan itu tidak jatuh kepada orang lain, yang sering kali secara kasatmata
lebih segela-galanya? Kenapa kita tidak bisa memaksakan menyukai atau merasa
nyaman dengan seseorang? Kenapa waktu tak cukup menjadi variabel yang bisa
diandalkan? Bagaimana hati persisnya memilih? (Hal, 277)
“Tak banyak perempuan mampu memahat kasih yang bahkan
waktu tak sanggup mengikis. Hanya sosok istimewa yang bisa membangun cinta dan
kesetiaan ala Tarsius.” (Hal,289)
“Tiada ada hal yang mampu menyuntikan keberanian
seseorang, kecuali cinta.” (Hal,309)
“Cinta juga sebuah perjalanan sendiri. Dan seperti traveling, tanpa teman yang tepat maka
perjalanan bisa jadi hanya akan menyusahkan.” (Hal, 359)
“Sungguh. Sia-sia cinta memberimu sayap jika kau tak
pandai terbang. Sia-sia juga cinta memberimu kebahagian jika kau tak cakap
memaknai. Tapi betapa berartinya cinta jika kau sandarkan rasa itu kepada Dia
yang begitu sempurna meletakannya di hatimu.” (Hal, 361)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan