Judul : Positive Parenting
Penulis : Mohammad Fauzi Adhmin
Penerbit
:
Pro-u Media
Tahun
terbit :
2015
Jumlah
halaman : 280 hal
Buku
positive parenting berisikan petunjuk, bagaimana melahirkan anak-anak tangguh
dan sholeh or sholeha. Buku ini juga membahas beragam kesalahan yang dilakukan oleh orangtua
terhadap anaknya, sehingga terbentuklah generasi rapuh. Selain itu, bahaya TV
sangatlah besar pengaruh bagi tumbuh kembang sang anak. Solusi dari itu semua
adalah tanamankan sedini mungkin budidaya membaca dan nilai-nilai islam kedalam
ruh mereka. Hakikatnya seorang anak memiliki kecerdasan dan keberanian, sejak ia
dilahirkan. Tapi karena pola asuh yang salah, terbentuklah karakter buruk yang
merisaukan. Buku ini sangat bagus dibaca bagi calon ibu, bapak atau mereka yang
telah mendapat gelar itu. Tidak ada kata yang terlambat.
Hari
ini, betapa banyak anak yang rapuh jiwanya, meski berlimpah makanannya. Mereka
tumbuh dengan gizi yang lebih dari cukup, tetapi kurang mendapatkan penguatan
dari ibu bapaknya. Mereka juga kurang memperoleh pengalaman sukses, meski otak
mereka cerdas luar biasa. Sebab orangtua mereka sangat pelit memberi penghargaan
dan sangat jarang memberi perhatian. (hal, 57)
Apa
yang membedakan tokoh-tokoh besar itu dengan kita? Semangatnya. Mereka memiliki
keyakinan yang sangat kuat, bahkan di saat orang lain tak sanggup membayangkan
beratnya beban. Orang-orang besar itu mungkin bukan yang paling cerdas di
antara manusia sezamannya. (Hal, 60)
Awalnya
adalah membaca. Anak-anak yang sedari kecil terbiasa membaca bukan sekedar
membunyikan huruf dan kata, akan memiliki keterampilan, kemampuan dan ketajaman
mencerna isi bacaan. (hal, 75)
Salah
satu penjelasan mengapa mengajarkan membaca pada bayi dapat melejitkan IQ
adalah karena membaca merupakan kegiatan yang memberi rangsangan paling
kompleks bagi otak dibandingkan berapa kegiatan lainnya, melihat televisi
misalnya. (Hal, 79)
“Jangan
paksakan anakmu untuk menjadi seperti kamu, karena ia diciptakan bukan untuk
zaman kamu.” (Hal, 111)
“Televisi
menjadikan otak pasif, melumpuhkan kemampuan berpikir kritis, dan merusak
terutama sekali kecerdasan di otak sebelah kanan.” (Hal, 141)
“Pada
mulanya anak-anak tak peduli dengan pakainan yang mereka kenakan. Apa mereknya,
mereka tak peduli. Mereka juga tidak pusing jika ada yang sobek di kiri dan
kanan. Mereka tetap saja melangkah dengan mantap karena mereka berpusat pada
tujuan. Tidak sibuk membayangkan apa yang dikatakan orang. Mereka belajar
dengan ikhlas. Tetapi, orangtualah yang membuat mereka malu berangkat ke
sekolah karena sepatu yang dipakai tak sebagus teman-temannya. (Hal, 191)
“Media
memainkan pikiran manusia, menggiring orang yang paling dibenci sekalipun untuk
sekurang-kurangnya tidak peduli. Media dapat membuat orang menangisi apa
seharusnya mereka syukuri, dan merayakan apa seharusnta membuat mereka tidak
bisa tidur dalam tiga hari karena ngerinya tragedi. Media dapat membuat
kebusukan tampak bagus dalam sekejap, dan sebaliknya bisa membuat orang jujur
dicaci maki dan diludahi. Seorang yang telah cukup matang berpikir pun bisa berubah
karena tulisan yang dibuat dengan penuh kekuatan. (Hal, 220)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan