Baturaja merupakan bagian dari daerah Sumsel.
Selain memiliki pariwisata yang menyejukan mata seperti gua putri atau
dikenal juga dengan sebutan gua harimau, lesung bintang, museum purbakala dan
lain-lain. Juga menjadi penghasil buah
durian, kopi, lada, karet yang cukup tinggi tiap tahunnya. Tapi sayang
kekayaan itu tidak tereksposkan karena kurangnya promosi dan sosialisasi. Bila
anda berkunjung kekota ini ada satu hal yang unik yang tidak ada temui di kota
lain yaitu ojek. Ojek bagaikan jamur di musim hujan maka tak heran bila
Baturaja mendapatkan gelar kota seribu ojek.
Tahun
2015 Indonesia diramaikan dengan fenomena gojek yang ada di kota besar, sebenarnya di Baturaja sudah lama menjadi trend. Pada
tahun 2008, ojek mulai menjamur di kota ini. Ada berapa alasan waktu itu yang mencetuskan
ide karena krisis melanda yang menuntut masyarakat untuk cerdas mencari
penghasilan. Harga bahan pokok yang terus meningkat tapi diiringi dengan penawaran
kredit motor yang cukup gencar dangan promo yang murah. Entah siapa yang
memulai pertama tapi seingat saya pada waktu itu, untuk bekerja menjadi ojek
resmi cukup membayar uang 250 ribu dengan fasilitas mendapatkan seragam dan terdaftar ojek resmi. Tentu dengan syarat
harus memiliki SIM dan motor, latar belakang tidak menjadi persoalan.
Orang-orangpun berbondong-bondong, tua, muda semua mengambil peran. Ojekpun
mulai bertebaran menyingkirkan famor angkot, banyak yang gulung tikar. Ada
berapa angkot laganan waktu semasa sekolah SMA sekarang beralih profesi menjadi
ojek.
Ojek
menjadi primadona, ada berapa alasan yang mendasari yaitu pertama tarif yang ditawarkan oleh
tukang ojek tidak berbeda jauh dengan tarif angkot, bisa dibilang terjangkau
dan bersahabat. Sekarang kisaran tarif ojek sekitar tiga ribu sampai lima ribu,
tergantung jarak tempuh. Kedua, ojek bisa menjangkau sampai ke depan rumah dan
melewati lorong-lorong sempit, berbeda dengan angkot yang hanya berhenti didepan
jalan, bagi yang rumahnya didalam harus berjalan kaki. Ketiga, naik ojek lebih efisien, tak perlu menunggu sampai
penuh serta berkeliling mengantar penumpang lain. Panggil berangkat langsung
sampai pada tujuan.
Ojek
seakan menjadi penawar, tak hanya bagi para pengaguran tapi juga para karyawan,
mahasiswa ataupun pegawai negeri yang butuh uang tambahan malahan ada yang ibu
rumah tangga. Selepas pekerjaan mereka bisa menawarkan jasa, mencari seseran
halal. Ojek wanita, ibu-ibu tangguh juga bisa ditemui menawarkan jasa mereka. Memang sistem tidak seperti gojek yang
mengunakan kekuatan teknologi tapi cuma sekedar berkeliling mengintari kota
mencari pelanggan. Tapi fenomena dan kedahsyatan tidak jauh berbeda.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan