“Kamu tinggal dimana?”
“Aku berasal dari kota seribu ojek?” itulah yang selalu kukatakan bila
orang bertanya tanah kelahiranku.
“Dimana itu?”
Dengan nada penasaran setiap orang kutemui pasti menanyakan hal yang
sama, “Di Baturaja, bila Palembang terkenal dengan Ampera, bila di Padang ada
jam gadang. Lalu bila kalian berkujung ketempatku akan banyak ditemui para
tukang ojek?”
“Ohw kirain, ada Raja yang jadi Batu, sehingga kotamu dinamakan
Baturaja”
“Memang benar ada raja yang menjadi batu
karena kutukan si pahit lidah yang murka karena lamarannya ditolak oleh sang
raja. Lalu dia mengeluarkan sebuah sumpah agar kerajaan tersebut menjadi batu. Itu
semua karena kekuatan dari lidah si Pahit lidah, apapun yang ia katakan akan
menjadi kenyataan. Kerajaan dalam sekejap berubah menjadi batu dan sekarang
masih berdiri kokoh berbentuk gua. Ada sang
putri yang lagi mandi juga terkena kutukan. Bila kalian berkunjung kekotaku
maka akan kutunjukan tempat tidur raja,
meja makan, ruang penyimpan padi dan ratu sedang berbaring serta putri yang lagi mandi berubah
menjadi batu.”
Kotaku memang memiliki daya tarik sendiri, merasa beruntung bisa menghabiskan masa kecil disana. Menjadi anak liar yang tak punya rasa takut.
Meski suka kena marah dan dihukum serta
sering mendengar cerita seram tapi tak menyurutkan nyali. Tanpa alas
kaki kami mengintari hutan belantara,
dan rata-rata temanku laki-laki semua. Bila
sepulang sekolah suka mandi di sungai. Memanjat pohon kelapa, berayun-ayunan
didahannya lalu menceburkan diri, berenang, selalu begitu setiap harinya.
Sekali-kali kami melompat dari jembatan, masuk kedalam dasar sungai. Berapa
kali aku hampir tenggelam merenggang nyawa tapi
trauma yang membekas hanya dalam hitungan hari tak lama dari situ diulangi lagi. Aku ingat saat duduk di bangku kelas
6 SD, benar-benar berhenti berenang,
untuk menyelam saja rasanya
takut. Sejak peristiwa itu.
****Tokoh hanya
fiksinya, sebelum lanjut ngedit naskah ketemu ide ini. Semoga kesampainan
amin.ami.in****
Tiada ulasan:
Catat Ulasan