Jumaat, 4 Disember 2015

Review buku : Love Sparks In Korea by Asma Nadia



Judul               : Love Sparks in korea
Penulis             : Asma Nadia
Tahun terbit     : Oktober 2015
Halaman          : 374 halaman
Penerbit           : AsmaNadia Publishing House

            Rania seorang gadis yang memiliki hoby bertualang, lewat mimpi masa kecil dia wujudkan semua itu. Hoby menulisnya membawa dia mengilingi dunia. Salah satu tempat yang di kunjungi adalah Korea. Tujuan kesana selain traveling juga mendapat undangan sebagai duta penulis dari Indonesia untuk belajar disana selama enam bulan. Kisah cintapun tertaut pada seorang pria bernama Hyun Geun, laki-laki  baik hati memberi pertolongan kepadanya. Hyun Geun, laki yang memiliki kisah kelam dalam keluarga, sang ayah suka berprilaku KDRT kepada ibunya. Dia mengagap hidup hanya hitam dan putih. Hitam milik sang ayah putih milik ibunya. Sampai dia bertemu dengan Rania yang memberi warna dalam hidupnya. Disisi lain, ada seorang pria mampan yang juga menaruh harapan pada Rania. Illal sahabat selama delapan tahun, telah lama menyimpan perasaan.
            Membaca novel seakan diajak bertualang menjelajahi negeri Korea. Bagian saat ayah Rania meninggal dunialah yang membuat saya menitikan airmata. Membaca novel ini, selain harus menyiapkan tisu, juga ada sisi romantise yang bikin bersemu. Inilah rangkuman dari kata-kata insprasi yang saya temui di novel ini.
“Perempuan tidak boleh terperangkap dalam jeruji rasa yang memenjaranya dari kemungkinan-kemungkinan lain. Cinta seharusnya diiringi harapan akan kebersamaan.” (Hal, 6)
“Sebab mimpi-mimpi adalah milik pejuang kehidupan. Tidak ada yang mustahil jika kita berusaha keras dan berdoa.” (Hal, 38)
“Hidup tak usah diratapi karena ujian adalah kemestian. Berusaha saja. Berjuang menaklukkan berbagai halangan yang memberi jarak antara mimpi-mimpi dan dirimu.” (Hal, 57)
“Hanya lelaki pengecut yang menyakiti perempuan yang jelas lebih lemah. Lelaki sejati tidak akan bangga atau mendapatkan kesenangan dengan menguasai dan menyakiti perempuan.” (Hal, 111)
“Sebagai perempuan, dia tidak akan memulai lebih dulu. Ini prinsip. Kegelisahan yang hadir kemudian dilarikan Rania ke dalam doa dan sujud-sujud panjang.” (Hal,159)
“Tetapi Hyun Geun akhirnya menyadari, tak ada rumus matematika yang mampu menjelaskan bagaiman seseorang bisa jatuh hati. Kenapa perasaan itu tidak jatuh kepada orang lain, yang sering kali secara kasatmata lebih segela-galanya? Kenapa kita tidak bisa memaksakan menyukai atau merasa nyaman dengan seseorang? Kenapa waktu tak cukup menjadi variabel yang bisa diandalkan? Bagaimana hati persisnya memilih? (Hal, 277)
“Tak banyak perempuan mampu memahat kasih yang bahkan waktu tak sanggup mengikis. Hanya sosok istimewa yang bisa membangun cinta dan kesetiaan ala Tarsius.” (Hal,289)
“Tiada ada hal yang mampu menyuntikan keberanian seseorang, kecuali cinta.” (Hal,309)
“Cinta juga sebuah perjalanan sendiri. Dan seperti traveling, tanpa teman yang tepat maka perjalanan bisa jadi hanya akan menyusahkan.” (Hal, 359)
“Sungguh. Sia-sia cinta memberimu sayap jika kau tak pandai terbang. Sia-sia juga cinta memberimu kebahagian jika kau tak cakap memaknai. Tapi betapa berartinya cinta jika kau sandarkan rasa itu kepada Dia yang begitu sempurna meletakannya di hatimu.” (Hal, 361)

           

Tiada ulasan: