Isnin, 7 Disember 2015

REVIEW BUKU : POSITIVE PARENTING, by MOHAMMAD FAUZIL ADHMIN



Judul                                      : Positive Parenting
Penulis                                    : Mohammad Fauzi Adhmin
Penerbit                                  : Pro-u Media
Tahun terbit                          : 2015
Jumlah halaman                    : 280 hal

          Buku positive parenting berisikan petunjuk, bagaimana melahirkan anak-anak tangguh dan sholeh or sholeha. Buku ini juga membahas  beragam kesalahan yang dilakukan oleh orangtua terhadap anaknya, sehingga terbentuklah generasi rapuh. Selain itu, bahaya TV sangatlah besar pengaruh bagi tumbuh kembang sang anak. Solusi dari itu semua adalah tanamankan sedini mungkin budidaya membaca dan nilai-nilai islam kedalam ruh mereka. Hakikatnya seorang anak memiliki kecerdasan dan keberanian, sejak ia dilahirkan. Tapi karena pola asuh yang salah, terbentuklah karakter buruk yang merisaukan. Buku ini sangat bagus dibaca bagi calon ibu, bapak atau mereka yang telah mendapat gelar itu. Tidak ada kata yang terlambat.
          Hari ini, betapa banyak anak yang rapuh jiwanya, meski berlimpah makanannya. Mereka tumbuh dengan gizi yang lebih dari cukup, tetapi kurang mendapatkan penguatan dari ibu bapaknya. Mereka juga kurang memperoleh pengalaman sukses, meski otak mereka cerdas luar biasa. Sebab orangtua mereka sangat pelit memberi penghargaan dan sangat jarang memberi perhatian. (hal, 57)
          Apa yang membedakan tokoh-tokoh besar itu dengan kita? Semangatnya. Mereka memiliki keyakinan yang sangat kuat, bahkan di saat orang lain tak sanggup membayangkan beratnya beban. Orang-orang besar itu mungkin bukan yang paling cerdas di antara manusia sezamannya. (Hal, 60)
          Awalnya adalah membaca. Anak-anak yang sedari kecil terbiasa membaca bukan sekedar membunyikan huruf dan kata, akan memiliki keterampilan, kemampuan dan ketajaman mencerna isi bacaan. (hal, 75)
          Salah satu penjelasan mengapa mengajarkan membaca pada bayi dapat melejitkan IQ adalah karena membaca merupakan kegiatan yang memberi rangsangan paling kompleks bagi otak dibandingkan berapa kegiatan lainnya, melihat televisi misalnya. (Hal, 79)
          “Jangan paksakan anakmu untuk menjadi seperti kamu, karena ia diciptakan bukan untuk zaman kamu.” (Hal, 111)
          “Televisi menjadikan otak pasif, melumpuhkan kemampuan berpikir kritis, dan merusak terutama sekali kecerdasan di otak sebelah kanan.” (Hal, 141)
          “Pada mulanya anak-anak tak peduli dengan pakainan yang mereka kenakan. Apa mereknya, mereka tak peduli. Mereka juga tidak pusing jika ada yang sobek di kiri dan kanan. Mereka tetap saja melangkah dengan mantap karena mereka berpusat pada tujuan. Tidak sibuk membayangkan apa yang dikatakan orang. Mereka belajar dengan ikhlas. Tetapi, orangtualah yang membuat mereka malu berangkat ke sekolah karena sepatu yang dipakai tak sebagus teman-temannya. (Hal, 191)
          “Media memainkan pikiran manusia, menggiring orang yang paling dibenci sekalipun untuk sekurang-kurangnya tidak peduli. Media dapat membuat orang menangisi apa seharusnya mereka syukuri, dan merayakan apa seharusnta membuat mereka tidak bisa tidur dalam tiga hari karena ngerinya tragedi. Media dapat membuat kebusukan tampak bagus dalam sekejap, dan sebaliknya bisa membuat orang jujur dicaci maki dan diludahi. Seorang yang telah cukup matang berpikir pun bisa berubah karena tulisan yang dibuat dengan penuh kekuatan. (Hal, 220)

Tiada ulasan: