Jumaat, 16 Oktober 2015

BATURAJA KOTA SERIBU OJEK










                Baturaja merupakan bagian dari  daerah Sumsel.  Selain memiliki pariwisata yang menyejukan mata seperti gua putri atau dikenal juga dengan sebutan gua harimau, lesung bintang, museum purbakala dan lain-lain.  Juga menjadi penghasil buah durian,  kopi, lada, karet yang  cukup tinggi tiap tahunnya. Tapi sayang kekayaan itu tidak tereksposkan karena kurangnya promosi dan sosialisasi. Bila anda berkunjung kekota ini ada satu hal yang unik yang tidak ada temui di kota lain yaitu ojek. Ojek bagaikan jamur di musim hujan maka tak heran bila Baturaja mendapatkan gelar kota seribu ojek.
            Tahun 2015 Indonesia diramaikan dengan fenomena gojek yang ada di kota besar, sebenarnya  di Baturaja sudah lama menjadi trend. Pada tahun 2008, ojek mulai menjamur di kota ini. Ada berapa alasan waktu itu yang mencetuskan ide karena krisis  melanda yang  menuntut masyarakat untuk cerdas mencari penghasilan. Harga bahan pokok yang terus meningkat tapi diiringi dengan penawaran kredit motor yang cukup gencar dangan promo yang murah. Entah siapa yang memulai pertama tapi seingat saya pada waktu itu, untuk bekerja menjadi ojek resmi cukup membayar uang 250 ribu dengan fasilitas mendapatkan seragam  dan terdaftar ojek resmi. Tentu dengan syarat harus memiliki SIM dan motor, latar belakang tidak menjadi persoalan. Orang-orangpun berbondong-bondong, tua, muda semua mengambil peran. Ojekpun mulai bertebaran menyingkirkan famor angkot,  banyak  yang gulung tikar.   Ada berapa angkot laganan waktu semasa sekolah SMA sekarang beralih profesi menjadi ojek.
            Ojek menjadi primadona, ada berapa alasan yang mendasari  yaitu pertama tarif yang ditawarkan oleh tukang ojek tidak berbeda jauh dengan tarif angkot, bisa dibilang terjangkau dan bersahabat.  Sekarang kisaran  tarif ojek sekitar tiga ribu sampai lima ribu, tergantung jarak tempuh. Kedua, ojek bisa menjangkau sampai ke depan rumah dan melewati lorong-lorong sempit, berbeda dengan angkot yang hanya berhenti didepan jalan, bagi yang rumahnya didalam harus berjalan kaki. Ketiga,  naik ojek lebih efisien, tak perlu menunggu sampai penuh serta berkeliling mengantar penumpang lain. Panggil berangkat langsung sampai pada tujuan.
            Ojek seakan menjadi penawar, tak hanya bagi para pengaguran tapi juga para karyawan, mahasiswa ataupun pegawai negeri yang butuh uang tambahan malahan ada yang ibu rumah tangga. Selepas pekerjaan mereka bisa menawarkan jasa, mencari seseran halal. Ojek wanita, ibu-ibu tangguh juga bisa ditemui menawarkan jasa mereka.  Memang sistem tidak seperti gojek yang mengunakan kekuatan teknologi tapi cuma sekedar berkeliling mengintari kota mencari pelanggan. Tapi fenomena dan kedahsyatan tidak jauh berbeda.

Tiada ulasan: