Selasa, 20 Oktober 2015

Ubi Jalar Untuk Kesehatan, Menurunkan Kolesterol dan Diabetes




          

 Ubi jalar tak sekedar menjadi makanan orang kampung tapi telah bergeser siapapun menyukai setiap kelas dan ras. Itu semua tak lepas dari beragam manfaat  bagi kesehatan. Dari menurunkan kolesterol, menurunkan kadar gula bagi penderita diabetes, sebagai pembasmi radikal bebas, melancarkan buang air besar. Ubi jalar merah di Papau menjadi obati bagi para penderita HIV/AIDS.  Ini semua tak lepas dari kandungam gizinya yang terdiri dari vitamin C, B6, B2, Mangaan, tembaga, biotin, asam pantothenat, dan serat. Setiap 100 gram ubi jalar mengandung sekitar 8.4 g gula, 2 g protein, 20.7 kabohdirat, 3.3 g serat, dan 90 kalori. Ubi jalar memiliki nilai GL rendah (8.6) dan GI sedang (54) sehingga ubi sangat cocok menjadi asupan nutrisi bagi penderita diabetes.
            Ubi jalar tak hanya sekedar pemberi asupan nutrisi yang baik bagi penderita diabetes tetapi juga bermanfaat dalam pengaturan kadar gula darah. Uji klinis yang dilakukan oleh 18 penderita diabetes menunjukan bahwa pemberian bubuk ubi jalar sebanyak 4 g/hari dapat mengendalikan kadar gula darah dengan menurunkan retensi insulin sehingga transpor glukosa antar sel tidak terhambat. Maka tidak akan terjadi penumpukan kadar gula dalam darah. Selain itu penelitian menunjukan bahwa ubi jalar dapat menurunkan kadar kolestrol. Ubi jalar  mengandung protein yang memiliki sifat anti-oksidan, selain karoten  dan vitamin C, sangat baik untuk kesehatan tubuh apalagi pola dan gaya hidup yang semakin tidak terkendalikan, serta lingkungan yang terpapar polusi. Menumpuk bibit radikal bebas yang ada di tubuh menjadi cikal bakal penyakit. Dengan mengkonsumi ubi jalar  bisa menjadi penangkal radikal bebas. Tubuhpun akan jauh lebih sehat.
Ubi jalar biasa dimakan dengan cara direbus, digoreng, dibuat kolak, kue, mei dan beragam olahan makan lainnya.. Tapi bagi anda penderita diabetes dan memiliki kolestrol tinggi sebaiknya makan ubi jalar yang direbus karena kandungan nutrisi masih murni belum tergabung dengan zat-zat yang lain. Bukannya  menjadi obat malah nanti menjadi penyakit.

Sumber
Subarto, M. Ahkam. Real Food, True Health. 2008. Jakarta : Agro media Pustaka.

Tiada ulasan: